Dia hanya
seorang gadis biasa. Dia bukan dari keluarga yang berada. Dia berasal dari
keluarga yang sederhana. Dia tidak mempunyai suatu barang yang berharga. Tapi
ada satu hal yang bisa menguatkannya untuk menjalani hidup hingga saat ini.
Iya, hanya ayah dan ibunyalah yang mampu menguatkannya.
Dia bukan gadis
yang pandai bergaul. Dia hanya menghabiskan waktunya di dalam istana kecilnya.
Dia seperti mempunyai dunia sendiri yang selalu ia bayangkan setiap hari. Gila.
Dia memang gila. Mengkhayalkan sesuatu yang mungkin belum bisa ia capai. Impian
yang selalu bertambah dan semakin tinggi seperti membuatnya gila.
Tapi ada satu
hal yang membuatnya harus keluar dari dunia khayalannya. Iya, dua permata yang
selalu menemaninya saat sedih maupun senang. Dua permata yang selalu
mendukungnya disaat jatuh. Dua permata yang selalu membantunya saat kesusahan.
Dua permata itu adalah orang tuanya. Dia tidak bisa hanya berdiam diri dalam
dunia khayalannya dan menunggu keajaiban itu akan datang menghampirinya.
Menunggu ia akan terus menunggu, jika ia tidak ingat dua permatanya itu.
Iya, gadis itu
sedang berusaha keluar dari dunia khayalannya. Aku tahu itu, aku melihatnya.
Dia sedang berusaha untuk mewujudkan khayalannya tanpa menunggu keajaiban. Ia
tahu keajaiban akan datang jika ia berusaha untuk mewujudkan khayalannya itu.