Kamis, 26 November 2015

Aku Mendengar Itu!

Jika ada seseorang yang ada membicarakan sesuatu tentang saya. Kalian boleh mendengarkannya bahkan menanggapinya. Tapi saya minta kalian jangan ceritakan itu kepada saya. Karena saya sudah cukup lelah mendengar omongan orang tentang saya. Mereka hanya menilai saya dari pertama kali melihat apa yang saya lakukan.
Tidakkah mereka berpikir bahwa yang ia bicarakan itu dapat melukai perasaan orang lain. Saya hanya diam. Saya tidak dapat membantah apa yang mereka katakan.
Saya harap mereka dapat mengerti saya.
Saya harap mereka dapat mengerti perasaan saya.

Selasa, 09 Juni 2015

CLASSROOM

Disini separuh dari waktuku aku habiskan. 8 jam setiap hari, dari Senin sampai Sabtu. Selalu bertemu dengan orang yang sama setiap harinya. Orang dengan jumlah yang banyak dan dengan karakter yang berbeda-beda.  Sulit rasanya menyatukan kepala banyak orang menjadi satu pemikiran. Satu pemikiran untuk satu visi ke depan.
Aku mulai mengamati mereka satu persatu. Mereka yang akan bersamaku selama 3 tahun ke depan. Aku berpikir dapatkah aku berteman dengan mereka semua. Berteman dengan orang-orang yang masih sangat asing untukku. Dapatkah aku tinggal di ruang kelas ini dengan mereka yang belum aku kenal?
Bisa! Aku yakin pasti bisa. Memiliki satu visi menuju kesuksesan bersama mereka. Berteman dengan mereka semua dan satu ruangan dengan orang yang belum aku kenal. Bisa! Aku yakin itu.

Mulai saat itu aku dan mereka mulai merancang mimpi-mimpi yang kami capai setelah 3 tahun bersama. Aku yakin aku dan mereka akan memperoleh yang kami rancang ini.

Jumat, 24 April 2015

Dia ( Gadis Itu )


Dia hanya seorang gadis biasa. Dia bukan dari keluarga yang berada. Dia berasal dari keluarga yang sederhana. Dia tidak mempunyai suatu barang yang berharga. Tapi ada satu hal yang bisa menguatkannya untuk menjalani hidup hingga saat ini. Iya, hanya ayah dan ibunyalah yang mampu menguatkannya.

Dia bukan gadis yang pandai bergaul. Dia hanya menghabiskan waktunya di dalam istana kecilnya. Dia seperti mempunyai dunia sendiri yang selalu ia bayangkan setiap hari. Gila. Dia memang gila. Mengkhayalkan sesuatu yang mungkin belum bisa ia capai. Impian yang selalu bertambah dan semakin tinggi seperti membuatnya gila.

Tapi ada satu hal yang membuatnya harus keluar dari dunia khayalannya. Iya, dua permata yang selalu menemaninya saat sedih maupun senang. Dua permata yang selalu mendukungnya disaat jatuh. Dua permata yang selalu membantunya saat kesusahan. Dua permata itu adalah orang tuanya. Dia tidak bisa hanya berdiam diri dalam dunia khayalannya dan menunggu keajaiban itu akan datang menghampirinya. Menunggu ia akan terus menunggu, jika ia tidak ingat dua permatanya itu.


Iya, gadis itu sedang berusaha keluar dari dunia khayalannya. Aku tahu itu, aku melihatnya. Dia sedang berusaha untuk mewujudkan khayalannya tanpa menunggu keajaiban. Ia tahu keajaiban akan datang jika ia berusaha untuk mewujudkan khayalannya itu.